Ketika Bahasa Inggris tidak lagi berlaku

Hari kedua adik-adikku di Spanyol dalam program pertukaran pelajar selama satu semester, aku dibuatnya tertawa dengan sebuah kejadian yang lucu. Begini ceritanya.
Hari kedua itu ceritanya mereka berenam berbagi dua kelompok untuk sebuah tugas yang berbeda-agar agar waktunya lebih efisien. Satu kelompok laki-laki pergi ke tempat agen yang membantu mereka mendapatkan apartemen yang mereka tinggali sekarang. Sedangkan kelompok kedua yang semuanya perempuan pergi ke toko daging halal untuk berbelanja logistik.
Sebuah pesan whatsapp (WA) muncul di layar hape ku dari Haikal, “mas, sedang sibuk? Tolong bilangin ke agen keluhan-keluhan kita tentang apartemen kita melalui voice note di WA.”. Akupun sedikit terkejut, ‘hmm… cara baru nih’ celetuk ku dalam hati. “Okay, Kal. Pakai text aja, nanti kasih lihat si agen nya. Namanya Christina kan ya?” kataku. “iya!” sahut Haikal tidak lama.
“Okay Kal, sekarang keluhanmu apa?” tanyaku.   “air panasnya gak nyala mas, salah satu lampu juga gak nyala. Terus kalau bisa, bisa nggak dia bantuin menghubungi penyedia internet untuk memasangkannya di rumah.” Kata Haikal panjang lebar.
Kasihan sekali mereka, disaat cuaca Spanyol masih sangat dingin; bahkan paling dingin setelah 15 tahun terakhir, air panas mereka tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Berarti pagi ini mereka gak ada yang mandi ya?! Selorohku dalam hati hehehe…
Akupun memulai menuliskan bahasa spanyol melalui WA sesuai permintaan Haikal. “Hola Christina, voy a probar hablar en Español por ellos. Tienen problemas en casa. 1) No tienen agua caliente. 2) hay una luz que no está funciona 3) y al final, puedes ayudarles para tener internet en casa.
Setelah aku mengirimkan pesan itu, imajinasiku tidak bisa diam begitu saja. Akupun membayangkan bagaimana Haikal memperlihatkan pesan berbahasa Spanyol ku itu. Apakah dia sekonyong-konyong menyodorkannya begitu saja tanpa berkata apa-apa. Ataukah dia menggunakan ekspresi bahasa Indonesia misalnya “nih!” karena toh percuma menggunakan bahasa Inggris, Christina tidak akan mengerti. Akupun tertawa-tawa sendiri membayangkan semua itu.
Sejenak kita tinggalkan kelompok laki-laki ini dengan komunikasi ala tarzan-nya dengan Christina. Ternyata kelompok perempuan pun tidak kalah menarik. Jasmine merekam suara penjual sebuah toko dan mengirimkannya kepadaku melalui voice note di WA. Malang nasib Jasmine karena aku tengah di perjalanan pulang dengan sepeda motor. Sehingga pesannya itu tidak kunjung berbalas karena tidak aku ketahui. Voice note itu berbunyi: “de ocho a once”. Artinya dari 8 (EUR) sampai 11 (EUR).
Imajinasiku juga kembali berkelana ketika aku mendapati pesan itu. Jasmine mungkin meminta penjual itu untuk menunggunya barang beberapa saat sambil berharap jawaban WA dariku. Jasmine pun mungkin memberinya tanda dengan tangan yang dihempas-hempaskan, maksudnya tentu meminta penjual itu menunggu. Akupun tidak bisa membayangkan kembali nasib Jasmine selanjutnya. Sudah beberapa menit berlalu tetapi tidak ada balasan WA dariku. Aku menyerah untuk membayangkan apa yang dilakukannya terhadap si penjual itu yang suaranya kadung sudah direkam dan dikirim kepadaku untuk diterjemahkan. Maaf ya Jasmine 🙂
Ini baru permulaan, tetapi kejadian-kejadian lucu dan menarik sudah mulai mengisi pengalaman seru mereka. Dan hari ini baru dua orang saja yang aku ekspos, cuma Haikal dan Jasmine. Masih ada Adhie, Frida, Putri dan Robi. Apapun pengalaman mereka, semoga mereka baik-baik saja dan tentunya dapat mengambil pelajaran yang berharga dari keberadaan mereka disana.
Untuk memudahkan anda berimajinasi atas apa yang baru saya ceritakan, berikut saya lampirkan juga foto mereka 🙂

Comments

Popular posts from this blog

Legalisir Ijazah di DIKTI, Kemenkumham, dan Kemenlu

Menapaki Sulawesi

Anakku menangis dan menjerit setiap malam