*Defensa Publica

Hari yang sudah kunanti-nanti akhirnya datang juga. Hari dimana aku kemudian dinyatakan resmi menyandang gelar baruku sebagai Master setelah menempuh pendidikan strata 2 selama dua tahun lamanya akhirnya tiba. Hari itu, Kamis tanggal 3 Juli 2014, aku siap menghadapi ujian tesis yang telah kukerjakan selama kurang lebih lima bulan terhitung sejak bulan Februari 2014.


Lagi-lagi aku bersyukur karena dengan waktu yang mendesak dimana aku tidak sempat untuk membeli pakaian formal, aku masih bisa terlihat menarik dengan pakaian yang kupinjam dari Kevin. Syukurku juga termasuk karena pertemanan dengan Kevin adalah hubungan yang tidak berjarak meskipun Kevin adalah orang barat yang pada kebanyakan, orang barat cenderung berjarak ketika membangun sebuah pertemanan. Dan aku merasa pertemanan antar kami disini menjadi tidak berjarak entah karena jurusan kami yang mempengaruhi pertemanan kami sedemikian dekat atau memang orang-orang di jurusan ini yang luar biasa, yang datang dari berbagai latar belakang yang menarik.

Pada kesempatan itu, aku gembira karena seseorang yang sudah kuanggap sebagai Bapak sendiri datang ke sidang ujian tesisku. Dia adalah Juan, Bapak dari teman tandem bahasa Spanyolku diawal kedatanganku ke Spanyol, Elena. Hubunganku dengan keluarga Elena menjadi sangat baik meskipun kami tidak sering bertemu, hanya sebatas berkomunikasi melalui media sosial. Siang itu, sidang tesisku menjadi sangat gegap gempita, paling tidak bagiku karena dikelilingi orang-orang yang aku cintai dan mencintaiku.

Selain Juan, beberapa teman dekatku yang juga satu jurusan denganku yang kebetulan tidak berada di Castellon juga ikut memantau jalannya sidang melalui Skype. Aku terharu sejujurnya, dukungan teman-temanku memang tidak terukur ketulusannya. Upaya nyata untuk mendukungku mempertahankan tesis ditunjukkannya dengan langkah nyata yang ekstra, langkah nyata yang patut aku syukuri.

Tidak ketinggalan juga, rasa bahagia ini tidak terkira karena orang yang paling dekat denganku yaitu istriku juga dapat hadir dalam momentum yang paling berharga dalam hidupku ini. Tidak banyak mereka yang menuntut ilmu di luar negeri harus jauh dari istri dan anaknya, dan aku lagi-lagi aku bersyukur karena mendapatkan keistimewaan itu.

Pada kesempatan kali itu, yang mempresentasikan tesis master tidak aku seorang diri. Aku bersama Johnson, angkatan diatasku yang berasal dari Nigeria. Johnson memang berniat untuk melakukannya awal tahun kemarin, tetapi karena telat mendaftarkan diri sehingga harus menunggu beberapa bulan sampai akhirnya bersamaan dengan aku di bulan Juli ini.

Tiga dosen penguji yang sudah kukenal sebelumnya hadir untuk memberikan apresiasi antar kerjaku terhadap tesis yang kutulis selama kurang lebih 5 bulan tersebut. Diantara tiga dosen penguji tersebut, terdapat satu dosen penguji yang keberadaannya diam-diam aku harapkan sebelumnya bahkan setahun yang silam. Dia adalah Dr. Sidi Omar, dosen tamu senior di universitasku sekaligus orang kepercayaan presiden nomor satu dari negara Western Sahara. Sidi Omar yang juga menjadi Duta Besar Western Sahara untuk Uni Afrika ini terkenal dengan ketelitiannya memberikan feedback terhadap mahasiswa yang diujinya. Bagiku, mendapatkan Beliau sebagai dosen pengujiku berarti mendapatkan perbaikan bagi kerjaku dan tesisku dengan maksimal dan optimal.

Siang itu, aku merasa sangat percaya diri sekali karena bukan hanya aku telah sampai pada fase terakhir dari pendidikan S2 ku di sini, tetapi karena aku mempresentasikan tentang Spanyol di Spanyol. Aku mempresentasikan sebuah kota bersejarah sekaligus momentum bersejarah yang fenomenal yang menjadi bagian penting dari sejarah negara Spanyol. Kota bersejarah itu bernama Gernika dan titik kejadian dari kota tersebut adalah pemboman yang dilakukan oleh aliansi sekaligus permintaan Jenderal Francisco Franco yaitu Nazi dari Jerman dan Fasis dari Italia.

Dengan semangat yang berapi-api, aku menjelaskan tentang 3 konsep yaitu identitas, memori peperangan dan perdamaian terhadap 1 studi kasus yaitu Pemboman yang terjadi di Gernika tahun 1937. Empat titik fokus dalam tesisku juga menjadi elaborasi yang paling menarik dalam presentasiku siang itu; peringatan pemboman yang terus dilakukan setiap tahunnya, museum perdamaian di Gernika, pusat penelitian perdamaian di Gernika dan lukisan legendaris tentang pemboman Gernika oleh Pablo Picasso.

Semua orang yang ada diruangan itu berdiri untuk mendengarkan dosen penguji membacakan nilai dari tesis dan presentasiku. Aku sangat tegang dibuatnya, dan aku kira bukan hanya aku, tetapi semua yang ada disana. “Member of the panel has decided that your grade is nine point fifty. Congratulations!”. Tidak sia-sia kerja kerasku selama ini karena akhir dari semua kerja keras itu berbuah sangat manis. Dan aku meyakini bahwa nilai yang baik menjadi terasa sangat berharga ketika kita memang berupaya keras untuk mendapatkannya. Dan sebaliknya bahwa nilai yang baik tidak akan terasa menjadi bernilai jika kita memang tidak sungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Jadi dalam hal ini, proses bagiku menjadi sangat penting untuk kenikmatan sebuah hasil.

Aku menyalami ketiga dosen pengujiku dan kemudian dilanjutkan menyalami semua orang yang hadir disana. Senang dan lega menjadi perasaan yang mendominasi saat itu. Dalam hati, aku terus bersyukur kepada Allah atas karunia yang diberikan-Nya. Tahmid terus kuucapkan dalam hati sambil senyum gembira terus kubingkai ketika menyalami satu persatu orang-orang yang mencintaiku di ruangan itu. Aku pun sempat digotong dan dilempar-lempar keatas sebagai ungkapan kegembiraan teman-temanku atas keberhasilanku. Sungguh senang hatiku. Sulit kugambarkan betapa senangnya hatiku saat itu. Alhamdulillah MA.


*Sidang Tesis

Comments

Popular posts from this blog

Legalisir Ijazah di DIKTI, Kemenkumham, dan Kemenlu

Menapaki Sulawesi

Anakku menangis dan menjerit setiap malam