Menyongsong Sidang Tesis

 Kurang lebih dalam dua minggu lagi aku akan mempertanggungjawabkan tesis master-ku dalam sidang tesis yang akan diuji oleh tiga dosen penguji. Pada kesempatan itu aku harus bisa menyampaikan tesisku dan bagaimana penelitian dalam tesis itu berjalan dalam waktu kurang lebih lima belas menit. Meskipun dengan waktu yang sangat terbatas, seratus limapuluh halaman tesisku harus mampu aku rangkum dalam waktu limabelas menit presentasi.

Berbicara di depan publik memang sudah biasa aku lakukan, tetapi setiap kesempatan tetap saja memberikan rasa tegang tersendiri serta membawa kesan yang kondisi berbeda. Pengalamanku mengajar adik kelas yang sudah mulai didorong oleh almarhum ayahku sampai kepada pengalaman berorganisasi yang membuatku seringkali berbicara di depan membantuku mengurangi grogi berbicara di depan publik dalam kesempatan apapun serta terhindar dari penyakit demam panggung yang berlebihan.

Selain itu pengalaman menjadi ketua asrama di almamater pondok pesantren Krapyak Yogyakarta sangat terasa membawaku jauh percaya diri berbicara di depan publik karena telah terbiasa melakukannya hampir setiap hari. Ketika di pondok dulu, proses belajar mengajar aku lakukan setiap hari dengan tentunya berbicara di depan adik-adik kelas, setiap satu minggu sekali aku juga kerap kali mengisi ceramah yang berlangsung pada pertemuan rutin seluruh santri dengan pembimbing dan pengasuh setelah majis pembacaan sholawat bersama-sama. Selain itu, berbagai tema dan kondisi juga aku lewati ketika menjadi ketua asrama dulu seperti kondisi ceria ketika harus memberikan motivasi, kondisi sedih ketika pondok dilanda penyakit menular yang menyerang banyak santri bahkan kondisi marah karena beberapa santri yang kelewat batas. Pengalaman nano-nano (campur-campur) itu betul-betul membekas pada diriku dan menjadikannya skill tambahan yang sangat menunjang keberhasilanku di masa kini dan masa depan.

Menyongsong sidang tesis yang akan menyapaku dalam dua minggu ini, setidaknya dua hal akan aku persiapkan demi kelancarannya nanti. Pertama, seperti biasa aku akan menuliskannya dalam sebuah tulisan tentang isi dari presentasiku nanti. Seperti yang sudah sudah, aku hampir selalu berhasil membawaku kepada tingkat kepercayadirian yang lebih tinggi dari biasanya jika materi yang ingin sampaikan tersebut sudah aku tuliskan sebelumnya. Hal ini dikarenakan, menurut saya bahwa proses menulis itu adalah proses berpikir yang komprehensif, sistematis dan dapat dicek beberapa kali sebelum nantinya difinalisasi dan kalau perlu dipublikasikan. Menulis menjadi senjata ampuh bagiku untuk berbicara maupun mengambil keputusan pada sebuah keadaan.

Persiapan berikutnya adalah praktek presentasi atau dibuat seperti sebuah simulasi sidang dengan teman-teman. Simulasi sidang seringkali memberikan masukan yang dapat diantisipasi atas apa-apa yang barangkali memang terjadi tetapi tidak kita pikirkan atau persiapkan sebelumnya. Kita barangkali terlalu mengetahui presentasi kita sehingga istilah-istilah kecil seringkali luput untuk diberitakan, yang itu menjadikan orang yang menyimak tidak mendapatkannya secara utuh. Hal demikian dapat diantisipasi dengan simulasi, sehingga kita akan memberi perhatian terhadap hal-hal kecil tapi ternyata menjadi penting untuk disampaikan.

Selain itu simulasi juga dapat melancarkan pengucapan formal yang mungkin terkesan wagu karena jarang sekali kita berbicara dengan format yang sangat formal, yang ini berbeda dengan format bicaranya penceramah, pengisi konferensi dan lain sebagainya. Acara ini adalah acara sidang akademis yang formal, yang bahkan beberapa kata baku harus digunakan oleh orang yang melakukan presentasi ataupun dosen penguji. Misalnya, pengucapan dokter sebelum nama masing-masing penguji harus disebutkan dalam forum ini; dan contoh yang lain adalah tidak adanya interaksi antara orang presenter dengan penonton. Saking formalnya acara akademis ini, seorang presenter hanya melakukan eye contact dengan dosen penguji semata tidak dengan penonton.

Dua persiapan diatas adalah persiapan yang sifatnya usaha nyata, dan selain usaha nyata tersebut diatas tidak lupa akupun memanjatkan do’a agar sidang tesis-ku nanti berjalan dengan lancar. Akupun juga yakin bahwa orang-orang sekitarku juga ikut mendo’akan yang terbaik buatku. Sebelumnya aku sangat bersyukur telah banyak do’a dan dukungan yang ditunjukkan dari seratusan lebih tanda ‘like’ atau ‘suka’ pada status di facebook-ku tentang sidang ini. Akupun juga yakin ada banyak lagi orang-orang yang mendo’akan aku sepenuh jiwa meskipun tidak terlihat di status facebook-ku seperti Ibuku yang aku yakini seratus persen telah dan terus mendoakan aku, istriku yang juga mendukung dengan doa yang terucap dalam shlat-sholatnya dan do’a yang ditunjukkan dari sikap mendorongnya atas persiapanku selama ini.

Insya Allah, semuanya akan lancar dan baik-baik saja. Aku pikir, aku pantas meyakininya karena aku telah melakukan dua hal yang sangat signifikan yang telah terelaborasi dari penjelasan di atas, yaitu usaha dan do’a.

Comments

Popular posts from this blog

Legalisir Ijazah di DIKTI, Kemenkumham, dan Kemenlu

Menapaki Sulawesi

Anakku menangis dan menjerit setiap malam