Amazing China




Saya tidak pernah menyangka kembali mendapatkan kesempatan perjalanan ke luar negeri setelah 2 tahun silam ke Amerika untuk yang kedua kalinya. Kali ini destinasi perjalananku adalah Negara komunis-sosialis: Republik Rakyat Cina.

Perjalananku kali ini lebih menantang dari perjalanan-perjalanan sebelumnya. Bagaimana tidak, di Negara ini bahasa Inggris tidak menjadi primadona seperti di Negara-negara Asia lain seperti di Indonesia, Thailand, Filipina, ataupun Malaysia. Di Negara ini kecenderungan orang mempelajari bahasa inggris sangat kecil. Faktor utamanya adalah karena Negara ini telah menjadi Negara maju. Meskipun Negara lain atau Negara Cina sendiri tidak mendeklarasikan sebagai Negara maju, tetapi kenyataan yang ada telah menjadikan Negara Cina menjadi Negara yang maju. Setidaknya itu menurutku.

Sabtu, 19 Oktober 2011, perjalananku dimulai dengan sentuhan lembut Chinese Southern Airlines pada pukul 09.05 WIB. Chinese Southern atau juga biasa disebut CZ yang tengah kami tunggangi saat itu tidak berbadan besar, tidak pula mempunyai TV Screen individual seperti Malaysian Airlines yang membawaku dari Kualalumpur ke Frankfurt pada tahun 2004 atau Northwest Airlines yang 2 tahun silam membawaku dari Singapura ke Tokyo, Jepang.  Tetapi CZ berhasil menghadirkan suasana Negara Tirai Bambu meskipun Burung Rakasasa ini belum meninggalkan bumi pertiwi ini. Lantunan instrument musik khas Cina telah sukses membawaku tertidur pulas. Beberapa jam menunggu di Bandara Soekarno Hatta kini telah terbayarkan sudah.

Pukul 14.00 waktu setempat, CZ berhasil mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Guangzhou, Cina. Kami harus menunggu pesawat lanjutan sektar 7 jam lagi untuk penerbangan Guangzhou – Zhengzhou. Sebenarnya kami bisa saja pergi ke luar bandara untuk sekedar menghabiskan waktu, akan tetapi terlalu beresiko jika kami melakukannya. Akhirnya kami pun mengabadikan banyak gambar di sekitar bandara untuk sekedar membunuh waktu.

Pukul 9 malam waktu Guangzhou, CZ kembali membawa kami mengangkasa menuju Destinasi akhir kami, Zhengzhou. Setelah 1 jam berlalu, kami pun sudah berada di Zhengzhou Airport, tidak besar juga tidak kecil. Ketika kami keluar dari pesawat, kami tertampar udara yang sangat dingin. Barulah kami sadar bahwa Zhengzhou memiliki cuaca yang berbeda dengan Guangzhou, jauh lebih dingin. Menurut pramugari yang mengumumkan kedatangan kami di bandara Zhengzhou, menuturkan bahwa suhu setempat adalah 7 derajat celcius. Wouw..

Minggu, 20 November 2011, kami diajak jalan-jalan oleh mahasiswa kami yang sedang belajar bahasa Cina di SIAS International University di Zhengzhou. Kami sangat senang melihat ketiga mahasiswa kami sehat dan menyukai berada di Cina. Terutama salah satu dari ketiganya yang jatuh hati dan berhasil menjalin cinta dengan pribumi. What a life! Selain itu kami senang karena mereka telah menguasai bahasa Cina sehari-hari dengan baik. Sehingga kami tidak perlu merasa kesusahan melakukan transaksi jual beli atau apapun selama ketiga mahasiswa kami berada di dekat kami :)  

Senin – Selasa, 21-22 November 2011, kami melakukan pertemuan intensif dengan Sias Int’l University. Tujuannya agar kerjasama yang telah dibangun, dapat diteruskan dengan baik bahkan bisa dikembangkan lebih baik lagi. Sambutan yang hangat dan antusias membuat kami merasa senang dan tidak merasa tidak percuma datang jauh-jauh dari UMY ke sini. Program pertukaran pelajar akan terus berlanjut dan berkembang jumlahnya.
Rabu, 23 November 2011, kami mengunjungi Universitas tua di Kaifeng, namanya Henan University. Sambutan HU juga tidak kalah menarik dibandingkan Sias. Kami diajak makan siang di Restauran Muslim di Kaifeng dengan tradisi yang diperkenalkan kepada kami dan membuat kami tidak akan melupakannya sampai kapan pun. Satu persatu tradisi makan diperkenalkan hingga pada satu tradisi dimana tuan rumah akan menuangkan air minum penuh satu gelas, dan tamu harus menghabiskannya. Kami kaget bukan kepalang, karena tradisi tersebut dilakukan setelah kami kenyang dengan makanan yang super besar. Disamping itu, bukan hanya satu orang yang menuangkan air kehormatan tersebut, tetapi terdapat tiga orang yang melakukan individual toast tersebut. Sehingga hampir-hampir kami tidak bisa bangun gara-gara kebanyak air dalam perut kami. Alamak ..

Kamis, 24 November 2011, kami cukupkan berada di Zhengzhou, dan terbang menuju Beijing. Jika Guangzhou kami dapati dengan 7 derajatnya, kini Beijing menyuguhkan 2 derajat Celcius kepada kami. Penyiksaan alam kepada kami para pendatang dari daerah yang tidak terbiasa dengan suhu dingin seperti ini. Sesampai di bandara Beijing, kami pun langsung melakukan reservasi hotel. Setelah itu kami langsung menuju hotel dan meninggalkan barang-barang serta membawa barang-barang seperlunya untuk kami bawa berpetualang menuju Tembok Cina. Susah payah kami berinteraksi dengan petugas hotel karena tidak ada satupun dari petugas hotel yang mengerti bahasa inggris. Sehingga kami pun menggunakan bahasa tubuh sekenanya untuk berkomunikasi. Beruntung kami telah mendapatkan petunjuk dari mahasiswa kami di Zhengzhou untuk menuju tembok cina.

-Bersambung-

Comments

  1. saya juga mau pergi ke zhengzhou, kami membutuhkan pemandu yang bisa bahasa indonesia cina, dapatkah bapak bisa memberikan rekomendasi kepada siapa yang dapat kami hubungi,. terima kasih sebelumnya
    hormat kami
    Fajar
    email artsquare21@yahoo.co.id

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Legalisir Ijazah di DIKTI, Kemenkumham, dan Kemenlu

Menapaki Sulawesi

Anakku menangis dan menjerit setiap malam