Beasiswa Australia: Mencoba atau tidak?

Aku berhenti menulis aplikasi pendaftaran beasiswa ADS (Australian Development Scholarship). Aku seperti kehilangan nyawa untuk menulis isian-isian panjang dalam lembar formulir pendaftaran itu. Hal ini mungkin disebabkan karena waktu pendaftaran yang berakhir hari ini sehingga aku tidak punya cukup waktu untuk mengerjakannya dengan tenang. Bukannya tidak merencakan, akan tetapi perencanaanku meleset kali ini. Tanggal 27 Agustus yang saya kira merupakan terakhir cap pos, ternyata merupakan hari terakhir diterimanya semua berkas lamaran. Mau tidak mau, aku harus menyelesaikannya di hari Kamis, 26 Agustus 2010. Dalam perencanaanku, Rabu akan menjadi hari pengerjaan aplikasi tersebut dengan serius, kemudian hari berikutnya merupakan finishing dari proses pengerjaan tersebut; sehingga kesalahan atau kekurangan bisa diidentifikasi dengan adanya proses finishing yang mencakup proses proof reading. Akan tetapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana, aku harus mengerjakan sekaligus melakukan proses finishing dan proof reading di hari yang sama. Proses itu diperkirakan semakin menjadi terburu-buru karena sorenya saya sudah punya janji buka bersama dengan temen-temen asrama.

Aku menjadi semakin ragu ketika secara sadar aku mempunyai cacat dalam beberapa persyaratan. Aku mengganti ijazah dengan surat kelulusan sementara karena aku baru akan wisuda Oktober mendatang; begitupun transkrip nilai yang kulampirkan adalah sementara. Belum lagi hasil IELTS yang kusertakan sudah melewati batas masa berlakunya, sekitar terlambat 1 bulan. Dan terakhir, pengisian esai yang terburu-buru, dengan tanpa proses finishing yang optimal. Kecacatan itu menjadi terus membuatku ragu untuk melanjutkan perjuangan ini. Aku masih dengan kebingunan dengan tangan memegang pulpen lemas menyandar formulir pendaftaran di meja. Kemudian kepalaku ikut kuturunkan menyentuh meja sejajar dengan tangan dan pulpenku di atas formulir pendaftaran ADS. Bingung, dan ragu.

Iseng-iseng berhadiah, itulah kemudian kataku dalam hati. Aku memutuskan untuk terus melanjutkan experimenku. Melanjutkan mengerjakan aplikasi pendaftaran tersebut. Aku terus menulis beberapa isian dalam formulir pendaftaran tersebut meskipun seperti tidak bernyawa tulisanku itu. Aku berfikir keras untuk menyelesaikannya tanpa memikirkan kualitas tulisannya. Aku mungkin memikirkannya, tapi barangkali hanya beberapa persen saja. Dengan tulisan yang sesekali kucoret dan kutambahi tulisan-tulisanku jika kubaca sekali lagi agak ganjil. Jadilah formulir pendaftaranku penuh dengan coretan dan tulisan yang tidak sejajar akibat penambahan diatasnya atau dibawahnya. Misiku saat itu yang penting selesai. Iseng-iseng berhadiah namanya juga.

Waktu menunjukkan pukul 14.30 WIB. Hp ku bergetar tanda datangnya sms. “Dam, you di mna? Ayo brngkt wat bk brsma. Tmn2 dh pd siap nie. Tak tnggu y!”
Masih ada 3 halaman lagi yang belum kuisi, belum ku salin dengan tulisan yang lebih baik lagi, belum di fotokopi jadi 3, belum d kasih foto masing-masing ukuran 3x4 sebanyak1 lembar, belum lagi aku finishing dan proof reading, dan belum nanti harus kukirim ke kantor pos. godaan itu kembali datang dan kembali membuatku ragu, antara terus mengerjakan iseng-iseng berhadian atau sedari awal disadari kalau aplikasiku memang tidak layak kirim dan dibatalkan saja menunggu tahun depan. Kembali aku diliputi kebimbangan.

Tiba-tiba saja aku menjadi teringat kata-kata mutiara dalam buku SD ku; “you’ll never know till you have tried”. Seketika itu juga menjadi semangat kembali. Aku teringat bagaimana aku mempersiapkannya. Aku harus datang ke Polsek untuk meminjam akte kelahiranku dari arsipnya tentang data-dataku untuk aku copy sebagai persyaratan melamar ADS. Aku mungkin akan terus penasaran jika aku tidak mencobanya hari ini. Kenapa aku sampai lupa kata-kataku sendiri yang dulu sering aku sampaikan pada orang lain, “mengikuti seleksi itu juga menjadi pembelajaran untuk seleksi berikutnya”. Ikutilah seleksi-seleksi yang ada, karena dia akan membawamu pada satu pengalaman yang dapat kamu manfaatkan pada seleksi berikutnya. Aku juga lupa satu hal bahwa dalam mengikuti seleksi secara tidak sadar kita telah belajar banyak tentang sesuatu khususnya yang berkenaan dengan materi ujian seleksi tersebut. Melamar Deplu, kita akan dipaksa oleh diri kita sendiri untuk belajar materi deplu. Kita melamar ADS, kitapun juga dipaksa oleh diri kita sendiri untuk lebih memfokuskan lagi kemana arah pendidikanmu. Belajarlah dari apa-apa yang ada disekelilingmu. Selamat belajar!

Rasanya puas sekali ketika aku melangkah keluar meninggalkan kantor pos pusat di Jogja. Aku memilih layanan express untuk lamaran itu agar esok hari lamaran itu datang on time. Kepuasan ini sungguh luar biasa kurasakan. Sangat luar biasa. God, thanks for letting me through.

Krapyak, 28 Agustus 2010

Idham B

Gambar diambil dari sini

Comments

Popular posts from this blog

Legalisir Ijazah di DIKTI, Kemenkumham, dan Kemenlu

Menapaki Sulawesi

Anakku menangis dan menjerit setiap malam